Yogyakarta - Film berjudul Denok dan Gareng garapan sutradara Dwi Sujanti Nugraheni memborong penghargaan Jogja-NETPAC (Network for the Promotion of Asian Cinema) Asian Film Festival atau JAFF 2013.
Film tersebut meraih dua penghargaan, yakni Silver Hanoman dan Netpac Award. Silver Hanoman merupakan penghargaan film Asia terbaik kedua dari program Asian Feature atau film panjang. Sedangkan Netpac Award adalah bentuk apresiasi terhadap sutradara Asia yang berkontribusi bagi gerakan sinema baru Asia.
Juri film JAFF, J.B. Kristanto, mengatakan film ini layak mendapat penghargaan karena sutradaranya berhasil menangkap momen intim keseharian subyek film. Denok dan Gareng menggunakan pendekatan film dokumenter yang jujur mengenai keluarga yang terpinggirkan.
Film ini juga menggambarkan kehidupan komunitas, negara, dan agama. "Sutradara film ini punya kejelasan sikap atau keberpihakan terhadap masalah yang ia angkat," kata dia di Taman Budaya Yogyakarta, Sabtu, 7 Desember 2013.
Film dokumenter berdurasi 89 menit ini memotret pasangan muda muslim yang memulai bisnis babi kecil-kecilan di sebuah rumah sederhana. Mereka mencari peruntungan untuk keluarga mereka. Namun tantangan muncul dalam usaha mereka.
Sutradara film ini, Dwi Sujanti Nugraheni, lahir di Yogyakarta. Ia belajar ilmu politik di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sebelum membuat film, ia pernah bekerja di sejumlah organisasi non-pemerintah lokal ataupun internasional.
Pada 2007, ia bekerja sebagai sukarelawan di Appalshop, Kentucky, Amerika Serikat. Ia bergabung dengan Women Make Movies, New York, Amerika Serikat, pada 2009. Dia juga terlibat di Cinema Capacity Building Program "Indonesia- Ten Years After Reformasi". Ini merupakan program Goethe Institut Indonesien dan Dewan Kesenian Jakarta.
SHINTA MAHARANI
0 komentar:
Posting Komentar