Ilustrasi mata uang dollar. TEMPO/Imam Sukamto
New York - Uang bisa membeli kebahagiaan, tetapi jika jumlahnya tak lebih dari US$ 36 ribu atau sekitar Rp 400 juta. Besaran itu ditentukan lewat penelitian terbaru dengan melihat gross domestic product (GDP) atau produk domestik bruto per orang. Meskipun GDP bukanlah ukuran penghasilan perorangan, tetapi sering kali dipertimbangkan sebagai indikator dari biaya hidup di sebuah negara.
Seperti yang diperkirakan, analisis data global menunjukkan bahwa kenyamanan hidup di negara-negara miskin meningkat. Namun, para ilmuwan, seperti dikutip situs Health Day edisi 27 November 2013, terkejut dengan temuan bahwa untuk orang-orang di negara maju, kenyamanan hidup ada batasnya.
Kenyamanan mencapai puncaknya saat negara mereka mencapai GDP sekitar US$ 36 ribu per orang. Lebih dari jumlah tersebut, ada sedikit penurunan kenyamanan hidup.
Penurunan ini kemungkinan terjadi karena orang yang mempunyai lebih banyak uang menciptakan ambisi yang lebih besar dan menyebabkan kekecewaan ketika tujuan tidak tercapai. Hasil riset ini dipublikasikan online dalam jurnal PLoS One edisi 27 November 2013.
Menurut ketua tim peneliti, Eugenio Proto, ekonom di University of Warwick di Inggris, ada keinginan untuk memupuk kekayaan karena orang melihat kesejahteraan dan kesempatan di sekitar mereka. "Namun jurang aspirasi ini, perbedaan antara income yang sebenarnya dan income yang diharapkan, menurunkan level kenyamanan," kata dia.
Para peneliti mengungkapkan, dibandingkan dengan orang-orang di negara yang mempunyai GDP sekitar US$ 18 ribu per orang, mereka yang tinggal di negara dengan GDP di bawah US$ 6.700 per orang ternyata 12 persen cenderung mengaku lebih bahagia dengan kehidupannya.
Namun, ketika negara-negara tersebut mencapai batas GDP sekitar US$ 20.400 per orang, dorongan kebahagiaan yang diciptakan oleh kesejahteraan menjadi kurang jelas. Hasil riset juga menunjukkan bahwa antara GDP US$ 20.400 dan US$ 50.000 (level tertinggi per orang), ada perbedaan sekitar 2 persen dalam kecenderungan untuk mengungkapkan level kenyamanan hidup.
DAILY MAIL | ARBA'IYAH SATRIANI
0 komentar:
Posting Komentar